Banyak cara yang dilakukan rakyat Indonesia untuk mewujudkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Cara-cara tersebut bahkan telah dilakukan sejak sebelum kemerdekaan Indonesia dan terus diwariskan turun temurun hingga kini. Salah satunya bisa kita lihat melalui Tari Lego-lego yang berasal Pulau Alor-Pantar, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tari Lego-lego merupakan salah satu tari yang melambangkan persatuan. Hal yang unik dari tari ini adalah semua orang bisa ikut serta berpartisipasi menjadi penari. Tanpa memandang jenis kelamin, agama, warna kulit, suku, klan, bahkan status sosial, seluruh penari bergandengan tangan melingkari Mesbah sambil menari bersama.
Tidak terbatasnya jumlah penari, membuat Tari Lego-lego bisa dibawakan oleh puluhan bahkan ratusan orang. Durasi waktunya pun tidak dibatasi. Tari ini bisa dibawakan selama beberapa menit atau bahkan semalaman suntuk.
Artikel Seputar Tarian Daerah Indonesia Lainnya:
- 6 Tarian Tradisional Indonesia yang Indah, Penuh Makna, dan Bisa Disaksikan dari Rumah!
- Tari Pendet Tari Penyambutan Dewa dan Manusia
- Tari Saman, Harmonisasi Gerak Penuh Pujian
- Tari Sulintang Jawa Barat, Tarian Yang Menggambarkan Semangat Persatuan
Gerakan dalam Tari Lego-lego cukup sederhana dan bisa dengan mudah diikuti oleh para penari pemula. Gerakan tari ini didominasi oleh gerakan kaki maju-mundur dan ke kanan-kiri. Meskipun sederhana, para penari harus membawakannya dengan kompak agar tercipta gerakan yang indah dan mampu menjaga keseimbangan seluruh peserta.
Tari ini merupakan salah satu kebiasaan nenek moyang masyarakat Alor. Sejak dahulu, nenek moyang Alor selalu melakukan pekerjaan secara gotong royong atau bersama-sama. Seusai melakukan pekerjaan itu, mereka akan berkumpul dan menari melingkari Mesbah (benda yang disakralkan) sambil melantunkan puji-pujian pada Dewa-dewa sebagai ucapan syukur.
Pada zaman dahulu, Tari Lego-lego dibawakan untuk memperingati keberhasilan atau selesainya sebuah kegiatan, seperti keberhasilan panen, pernikahan, pembukaan kawasan ladang baru, pembangunan rumah adat, hingga menyambut pasukan perang yang memenangi pertempuran. Seiring perkembangan zaman, Tari lego-lego pun kerap dibawakan dalam acara penyambutan tamu dan festival-festival budaya, agar semakin banyak yang mengenal tari persatuan ini.
Tari Lego-lego dibawakan dengan iringan musik serta selingan pantun dan syair. Pantun ini akan dibawakan oleh dua orang juru pantun atau biasa disebut juru pukong. Juru pukong adalah laki-laki yang dituakan dan paling banyak mengetahui syair-syair. Kehadiran juru pukong membuat Tari Lego-lego tidak hanya untuk menjalin persatuan, tapi sekaligus proses transfer ilmu dari tetua kepada masyarakat atau penari.
Syair-syair yang didendangkan dalam Tari Lego-lego banyak mengandung sejarah (sejarah nenek moyang, suku, dan perpindahan) serta petuah-petuah untuk menjaga kerukunan dan saling menghormati sesama, meskipun berbeda suku, agama, dan ras.
Setiap wilayah Pulau Alor-Pantar memiliki musik pengiring Tari Lego-lego yang berbeda. Di daerah pesisir (Nuh Atinang) tari ini akan diiringi gong dan gendang. Sementara di daerah pegunungan (Nuh Mate), tari ini hanya diiringi oleh suara hentakan kaki dari para penari pria serta gemerincing gelang kaki dari penari wanita.
Selain perbedaan alat musik pengiring, dusun-dusun di Pulau Alor-pantar juga memiliki lagu pengiring yang berbeda-beda. Misalnya, lagu Boling Pati yang berisi harapan kesembuhan dan kesehatan kerap didendangkan di Dusun Malal. Sedangkan di Dusun Retta, lagu yang kerap dinyanyikan adalah Ringgi Eamanang yang berisi permohonan untuk kemakmuran dan menjaga kekayaan alam.
Meskipun tiap daerah memiliki musik pengiring, lagu, dan syair yang berbeda, Tari lego-lego tetap dibawakan dengan cara yang sama, yaitu dengan bergandeng tangan membentuk lingkaran.
Sambil melakukan gerakan-gerakan tari, semua penari akan diberikan sajian berupa sirih pinang dan minuman sopi yang berasal dari satu wadah yang sama. Menari sambil bergandengan tangan serta makan dan minum dari wadah yang sama, memiliki arti khusus bahwa masyarakat Alor (asli maupun pendatang) tidak akan terpecah belah dan terus bergandengan tangan untuk membangun kampung dan negeri. Tari Lego-lego adalah gambaran wujud sila ketiga Pancasila yang disajikan dengan indah oleh masyarakat Alor.